A. Latar Belakang
                  Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Demikian juga dengan filsafat sufi. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadah yang banyak
                                    Sedangkan dari agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana. Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Dan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan.      
                                    Dimana salah satu sufi besar yang dikenal dalam khazanah Islam dengan pengalaman ittihad adalah Abu Yazid Taifur bin Isa bin Surusyan al-Bustami atau lebih dikenal dengan panggilan Bayazid Al-Bustami. Dan dalam makalah saat ini kami akan sedikit mengulas tentang Abu Yazid al-Bustami sebagai upaya meluruskan pemahaman tentang beliau.   
                                   
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Abu Yazid Al-Bustami
2. Kapan munculnya ajaran tasawuf Abu Yazid Al-Bustami


BAB II
PEMBAHASAN

A. Abu Yazid Al-Bustami
                  Salah satu sufi besar yang dikenal dalam khazanah Islam adalah Abu Yazid Taifur bin Isa bin Surusyan al-Bustami atau lebih dikenal dengan panggilan Bayazid Al-Bustami. Ia lahir pada tahun 805M di Bastam sebuah desa di Iran bagian Utara. Ia berasal dari keluarga yang terhormat dan terpelajar. Ayahnya, Isa bin Surusyan, merupakan pemuka masyarakat di Bastam sedangkan ibunya dikenal sebagai orang yang zuhud. Bayazid sangat patuh terhadap ibunya. Sedang, kakeknya adalah pemeluk Majusi yang kemudian memeluk agama Islam. Tak ayal jika kondisi keluarga yang terpelajar membuatnya terdorong untuk belajar, memahami, dan melaksanakan ajaran agama, serta mencontoh prilaku spiritual yang dijalani ibunya dengan hidup zuhud.
                  Dalam mempelajari ilmu, kondisi lingkungan keluarga rupanya memberikan pengaruh yang sangat baik. Tak hanya di kota kelahirannya, ia bahkan pergi menuju kota di luar Iran untuk memenuhi dahaga akan ilmu. Tak heran jika ia memiliki ratusan guru dan mendapatkan beragam ilmu dari gurunya itu. Pada masanya, ia pun kerap kritis dengan perilaku agama yang dilaksanakan masyarakat. Ia menganggap bahwa perilaku keagamaan mereka hanya menekankan ritual keagamaan. Selain itu, Bayazid merasa bahwa aplikasi keagamaan yang ditunaikan oleh orang-orang di zamannya dirasakan sebagai hal yang superfikial dan hipokrit. Karena semuanya hanya ditujukan untuk keselamatan individual di dunia dan di akhirat kelak, serta hanya untuk memenuhi kepentingan sendiri dan ego.
Selain itu, untuk mencari Tuhan sufi tak perlu pergi jauh; cukup ia masuk kedalam dirinya dan Tuhan yang dicarinya akan ia jumpai dalam dirinya sendiri. Dalam konteks inilah QS. Al-Anfaal : 17 berikut dipahami kaum sufi.
öNn=sù öNèdqè=çFø)s?  ÆÅ3»s9ur ©!$# óOßgn=tGs% 4 $tBur |MøtBu øŒÎ) |MøtBu  ÆÅ3»s9ur ©!$# 4tGu 4 uÍ?ö7ãŠÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# çm÷ZÏB ¹äIxt/ $·Z|¡ym 4 žcÎ) ©!$# ììÏJy ÒOŠÎ=tæ ÇÊÐÈ
 “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin,dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. [1]

Sedangkan, perkataan Bayazid yang lebih disebut dengan Syatahat menunjukkan kecenderungannya dalam tasawuf adalah, "Aku telah mengetahui Allah melalui Allah dan aku telah mengetahui hal ihwal selain Allah dengan cahaya Allah." Seperti yang tertuang dalam Q.S. Qaaf : 16 yang berbunyi
ôs)s9ur $uZø)n=yz z`»|¡SM}$# ÞOn=÷ètRur $tB â¨Èqóuqè? ¾ÏmÎ/ ¼çmÝ¡øÿtR ( ß`øtwUur Ü>tø%r& Ïmøs9Î) ô`ÏB È@ö7ym σÍuqø9$# ÇÊÏÈ
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”.[2]

Comments (0)