A. Kejatuhan Umayyah
      Sepeninggal Umar Ibnu Abd al-Malik, kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid Ibnu Abd al-Malik (720-724 M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid Ibnu Abd al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya,Hisyam Ibnu Abd al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam Ibnu Abd al-Malik ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang di dukung oleh golongan Mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan dinasti baru Yaitu Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam Ibnu Abd al-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.
       Sepeninggal Hisyam Ibnu Abd al-Malik, khalifah – khalifah Bani Umayyah yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin memperkuat golongan oposis. Akhirnya pada tahun 750 M, daulat Umayyah di gulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah,melarikan diri ke Mesir, ditangkap dan dibunuh disana.
       Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor – faktor itu antara lain adalah :
1.      Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2.      Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa di pisahkan dari konflik – konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa – sisa Syi'ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan – gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3.      Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan antar etnis suku Arabia Utara (Bani Qiys) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang perstuan dan kestuan. Disamping itu sebagian besar golongan Mawali (non Arab), terutama Iraq dan wilayah bagian timur Lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, di tambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang di perlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4.      Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga di sebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak – anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
5.      Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al Abbas ibnu Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hisyam dan golongan Syi'ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

B. Khilafah Bani Abbas.
     Kekuasaan dinasti Bani Abbas, atau khilafah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khilafah Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu al-Abbas. Kekuasaanya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik,sosial,dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi limaperiode :
1.      Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 m), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.      Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.      Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia Kedua.
4.      Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.      Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Comments (0)